SEJARAH TENTANG KATA KOMBA
DAERAH ASAL SANTO TARSISIUS PELINDUNG
PARA PUTRA ALTAR
Presented by:
Benny
KATA KOMBA
Sejak zaman Romawi, warga
Paris biasanya memakamkan karib kerabatnya yang meninggal dunia di kawasan
pinggiran kota, namun kebiasaan ini berubah setelah masuknya agama Kristen.
Praktek Kristiani menganjurkan untuk menguburkan jenazah di bawah tanah suci
gereja. Pada abad ke-10, tanah pemakaman di Paris semakin sempit akibat kota
yang semakin padat.
Pada abad ke-12, masalah ini
diatasi dengan dibukanya ruang bawah tanah di bawah kota untuk menampung
jenazah warga Paris. Namun, lambat laun pemakaman bawah tanah ini menjadi
semakin penuh sesak dan menimbulkan masalah bagi sanitasi warga kota yang
sumber air utamanya adalah air sumur. Pada abad ke-19, penggunaan katakomba
sebagai tempat pemakaman dilarang setelah dibangunnya tiga tempat pemakaman
umum di luar kawasan pusat kota.
Jenazah korban kerusuhan Place de Grève dan Rue
Meslée dimakamkan di Katakomba ini pada tanggal 28 dan 29 Agustus 1788. Jenazah
Philibert Aspairt hilang
di katakomba pada tahun 1793 dan ditemukan kembali 11 tahun kemudian.
Dinding katakomba ini dipenuhi
oleh grafiti pada abad ke-18. Victor Hugo menggunakan terowongan katakomba
ini sebagai salah satu latar tempat dalam novelnya, Les
Misérables. Pada tahun 1871, para komunar
membunuh sekelompok monarkis di dalam salah satu ruangan katakomba. Selama Perang Dunia
II, warga Paris memanfaatkan terowongan katakomba untuk bersembunyi.
Juga selama periode ini, tentara Jerman mendirikan sebuah bunker bawah tanah di
katakomba, tepat di bawah Lycée Montaigne.