Selasa, 05 Januari 2016

PEDOMAN MENJADI LEKTOR DAN PEMAZMUR YANG BENAR

PEDOMAN DAN PANDUAN UNTUK PETUGAS LEKTOR
BY BENNY 


Kata “Lektor” berasal dari bahasa Latin (Lectito/ Lectio), atau dalam dari bahasa Perancis, “Lecteur, artinya membacakan.
Dalam Perayaan liturgi Ekaristi seorang lektor adalah orang yang mendapat tugas mulia untuk membacakan Sabda Tuhan atau mempunyai tugas untuk melakukan pembacaan dari Alkitab, yang biasa disebut dengan nama lektor:
Atau:
 “Juru Bicara Allah” / “Penyampai Sabda Allah” / “Duta Allah”.
(Bukan sekedar pembaca atau petugas baca)
Oleh karenanya, sebagai Juru Bicara Tuhan atau Allah hendaknya menyampaikan Sabda Tuhan tersebut dengan baik dan benar serta dengan penuh penjiwaan.
 
Peran Lektor dalam perayaan Ekaristi
Ø Membawa Kitab Evangeliarium pada saat perarakan masuk dan menempati urutan yang paling depan, setelah Akolit (Putra Altar Pembawa Salib).
(bila tidak ada diakon tertahbis)

Ø Membaca bacaan-bacaan sebelum Injil, disebut Bacaan I dan Bacaan II.
Dan bila tidak ada pemazmur, seorang Lektor dapat membawakan mazmur tanggapan sesudah saat hening, selesai membaca bacaan pertama. (PUMR 196)

Ø Kalau tidak ada diakon, lektor boleh membawakan ujud-ujud doa umat, sesudah imam membuka doanya. (PUMR 197)

Ø PUMR 138 ujud ujud doa umat dimaklumkan oleh diakon, solis, lektor atau pelayan lain dari mimbar atau dari tempat lain yang cocok (Mimbar Doa).

Peran Komentator dalam perayaan Ekaristi
Komentator (PUMR 105b), Komentator bertugas, memberikan penjelasan dan petunjuk singkat kepada umat yang hadir, supaya mereka lebih siap merayakan Ekaristi dan memahaminya dengan lebih baik.

Petunjuk-petunjuk itu harus disiapkan dengan baik, dirumuskan dengan singkat dan jelas. Dalam menjalankan tugas itu komentator berdiri di depan umat, di tempat yang kelihatan, tetapi tidak di mimbar injil atau di panti Imam.

Dari pengertian di atas, maka amatlah penting tugas pelayanan seorang lektor dan komentator dalam perayaan Ekaristi. Agar mereka dapat menjalankan tugas pelayanan dengan baik, maka diperlukan suatu sistem / pedoman bagi para lektor dan komentator dalam bertugas.

Ketentuan-ketentuan lektor dan komentator dalam perayaan Ekaristi
jumlah petugas

Ø  2 Orang lektor
Ø  1 Orang komentator

Penampilan / busana (PUMR 339) Akolit, lektor, dan pelayan awam lain boleh mengenakan alba atau busana lain yang disahkan oleh Konfrensi Uskup untuk wilayah gerejawi yang bersangkutan.


A. Lektor saat bertugas menggunakan jubah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

Khusus untuk Lektor Wanita.

1.      Sebaiknya tidak menggunakan/memakai celana panjang pada saat memakai jubah, karena akan menganggu penampilan. Tapi juga tidak dilarang memakai celana panjang, sepanjang pemakaian tersebut pantas dan tidak menjadi perhatian umat. Artinya: Tidak memakai celana yang kontras, atau berwarna-warni.

2.      Berias sederhana dan rapi agar tampak natural/alami (tidak berlebihan dalam pemakaian kosmetik)

3.      Rambut ditata dengan baik dan rapi, jika rambut panjang bisa di kuncir (diikat di bagian belakang) agar tidak mengganggu gerakan saat membacakan sabda Allah.(Lebih baik rambut warna alami, tidak dicat dengan warna yang menyolok seperti kuning, merah, biru dsbnya.)

4.      Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan dan belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua).

5.      Hindari menggunakan sepatu Cat maupun sepatu sandal.
6.      Hak sepatu yang bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan mengganggu
perhatian pada isi bacaan. (catatan: hak sepatu berbunyi ketika berjalan, tidak saat
membaca)

Khusus untuk Lektor Pria.

1.      Sebaiknya menggunakan baju berkerah, berlengan dan bercelana panjang dari bahan kain bukan sejenis Jeans.

2.      Rambut ditata dengan baik dan rapi, agar sedapat mungkin membantu umat masuk dalam suasana mendengarkan saat lektor menyampaikan sabda Allah.

3.      Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan dan belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua).

4.      Usahakan agar tidak menggunakan sepatu sandal. Hak sepatu yang bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan mengganggu perhatian pada isi bacaan.


B. Komentator pada saat bertugas tidak memakai jubah, maka hendaknya mengenakan pakaian yang rapi, sopan, sederhana dan bersih.

Untuk wanita :

1.      Sebaiknya menggunakan baju yang berkerah dan berlengan, tidak berbahan kaos.Di sarankan memakai rok di bawah lutut.
2.      Kalau memakai celana panjang, pakailah celana panjang wanita yag tidak ketat, bukan jean.
(catatan karena pada umumnya wanita sekarang banyak yang memakai celana panjang, kalau lector tidak disarankan memakai celana panjang kaena tampak dibawah jubah)

3.      Berias sederhana dan rapi agar tampak natural/alami (tidak berlebihan dalam pemakaian kosmetik)

4.      Rambut di tata dengan baik rapi, jika rambut panjang bisa di kuncir, agar tidak mengganggu gerakan saat membaca.(Lebih baik rambut warna alami, tidak di cat dengan warna yang menyolok seperti kuning,merah,biru dsbnya.)

5.      Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan dan belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua).

6.      Hindari menggunakan sepatu cats maupun sepatu sandal. Hak sepatu yang bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan mengganggu perhatian pada isi bacaan. (catatan: biasanya tempat duduk komentator dekat dengan mimbar komentator)

Untuk Komentator Pria :

1.      Di sarankan memakai celana panjang berbahan kain / bukan jean dan berwarna netral.
2.      Pakailah kemeja yang berlengan dan berkerah.
3.      Rambut ditata dengan baik dan rapi.
4.      Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan dan belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua).
5.      Untuk warna busana dapat disesuaikan dengan warna liturgi / putih – hitam / batik.

Tempat lektor dan komentator membaca.

1.      Lektor menyampaikan sabda Allah di Mimbar / Ambo / Meja Sabda.

2.      Komentator membacakan pengumuman, di mimbar tersendiri (bukan Mimbar Sabda), letaknya sebaiknya tidak harus di Altar Panti Imam, boleh di sisi kanan / kiri Altar Panti Imam dan dapat disesuaikan dengan tata ruang gereja masing masing, tidak sejajar dengan Mimbar Sabda namun tetap dapat dilihat oleh umat.

3.      Tempat Duduk lektor dan komentator.
Lektor duduk di bangku umat barisan paling depan, dekat dengan mimbar sabda, atau di sisi kanan/kiri, panti imam disesuaikan dengan bentuk dan ruang gereja masing-masing.

4.      Bila mengikuti PUMR 195 maka sebaiknya di panti imam agar sedekat mungkin dengan Mimbar Sabda, bila tidak memungkinkan, dapat disesuaikan dengan ruang gereja masing-masing, namun tetap diusahakan sedekat mungkin dengan Mimbar Sabda.

5.      Komentator duduk di bangku umat barisan paling depan, dekat dengan mimbar tempatnya membaca. Bisa di sisi kanan atau kiri, di sesuaikan dengan bentuk dan ruang masing-masing gereja.

Tugas Komentator dalam perayaan Ekaristi:

A.    SEBELUM MISA DIMULAI (± 5 menit).
1.      Menyampaikan pengantar singkat, di dalamnya termasuk tema pada hari itu dan  juga intensi umat.
2.      Menyebutkan Pastor yang akan memimpin Perayaan Ekaristi pada hari tersebut.
3.      Membacakan Doa Umat ataupun Doa tambahan setelah komuni, misalkan Doa Pilkada, Doa Tahun Rahmat Tuhan, dan lain sebagainya.
4.      Membacakan Pengumuman yang perlu. / Warta Gereja yang utama
5.      Untuk pengumuman lain diluar Warta Gereja Utama, bisa dipasang dan dibaca oleh umat di “Papan Pengumuman Gereja

B.     TATA GERAK SELAMA PERAYAAN EKARISTI
A.    Ritus Pembuka

Komentator
Sebelum Misa di mulai (± 5 menit), komentator keluar dari Sakristi berdiri dan berjalan menuju mimbar komentator, untuk menyampaikan pengantar singkat sebelum perayaan Ekaristi di mulai, kepada umat Allah. {Beri penghormatan dengan cara berlutut di depan Altar yang dibelakangnya terdapat Tabernakel (Tubuh Kristus) / {Jika tidak menghadap melewati Altar/ Tabernakel cukup dengan menudukkan kepala membungkukkn badan menghadap ke arah Altar}.

Dengan sikap berdiri tegap, mata memandang /menyapa umat, dengan mengatakan sbb komentator menyampaikan dengan suara lantang dan jelas :

“Selamat Pagi / Siang / Sore / Malam*), Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Hari ini adalah Hari Minggu Biasa/ Hari Raya*) …. (Sesuai dengan kalender liturgi).
Pembacaan Tema Pada Hari itu dan jika perlu diselipkan Bacaan dari Kitab Suci, khususnya bacaan Injil hari tersebut.

Intensi umat: ........................................

Perayaan Ekaristi di pimpin oleh Pastor……. ....................

Marilah kita berdiri untuk memulai perayaan Ekaristi.
Kita awali dengan lagu pembukaan.

Atau bisa juga dengan teks yang seperti ini:


Pengantar: (Misa Pagi 08:00 WIB)
Saudara dan saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus,
Selamat pagi dan selamat datang di gereja Katedral Santa Gemma Galgani,
Pagi hari ini merupakan:
                     “Hari Minggu Biasa XXIII”.
Tema hari ini adalah:
"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."

          Saudara-saudara yang terkasih,
Sebagai umat manusia, tentunya kita semua tidak ada yang sempurna. Namun kita yakin Tuhan telah memberikan jaminan, bahwa kita tetap dianggap sama di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, percayalah bahwa segala kelemahan, kekurangan, dan ketidak mampuan kita, Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih agar kita mampu bermanfaat bagi sesama kita.
         
          Saudara-saudara yang terkasih,
Intensi-intensi pada pagi hari ini adalah:
……………………………………………………………………….
Perayaan Ekaristi pada pagi hari ini akan dipimpin oleh Pastor 
……………….....................................................................................
Kita siapkan hati dan pikiran kita untuk menyambut Ekaristi.

Marilah kita nyanyikan lagu Pembukaan!
 
Selesai membacakan Pengantar Singkat, komentator kembali ke tempat duduknya.
{Beri penghormatan seperti sebelum menuju ke mimbar}

Aturan posisi LEKTOR 1 & 2

Urutan Prosesi Perarakan Misa Besar saat Masuk menuju ruang Altar:
1.      Akolit Pembawa Salib Utama
2.      Akolit Pembawa Lilin untuk mengapit Kitab Evangeliarum
3.      Lektor  yang membawa “KITAB EVANGELIARUM”
(Cara membawa Evangeliarium, diangkat dengan kedua tangan sebatas dahi.)
4.      Akolit Pembawa “TURIBULUM”
5.      Akolit-akolit yang lain,
6.      Lektor 1/2  dan Pemazmur
7.      Para Asisten Imam / Prodiakon
8.      Imam (paling belakang, jika tidak ada Uskup)

Jika ada Uskup, maka Uskuplah yang menempati urutan paling belakang

Ketika rombongan prosesi sudah sampai di depan Altar, lektor pembawa Evangeliarium masuk sesuai dengan urutan prosesi, kemudian pembawa Evangeliarium dan Imam berdiri berdampingan dengan Imam masih dibawah altar. Imam dan semua petugas liturgis berlutut (bila ada Tabernakel di belakang Altar), dan membungkukkan badan menghormat altar, pembawa Evangeliarium hanya menundukan kepala saja dengan tetap mengangkat Evangeliarium (kira kira sebatas dahi).

Lektor yang membawa Evangeliarium langsung naik ke Panti Imam
dan meletakan Evangeliarium di tengah altar dengan posisi menghadap umat, lalu kembali ke barisan petugas liturgi atau langsung ke tempat duduk lektor di panti imam.

Imam kemudian naik ke Panti Imam setelah menghormat ke Altar bersama dengan para petugas.
Setelah berada di Altar bagian belakang/menghadap umat, dan mencium altar. Petugas liturgi tidak membungkuk pada saat imam mencium altar, karena mencium altar merupakan penghormatan pribadi imam kepada altar. Setelah itu seluruh petugas liturgi langsung menuju ke tempat duduk masing masing. (PUMR 195 : semua petugas liturgi dan imam hormat ke altar. Lalu Imam mencium altar sebagai penghormatan pribadi karena altar adalah pusat Ekaristi.)

B. Liturgi Sabda.

Bacaan – bacaan Alkitab.
Setelah Imam menyelesaikan Doa Pembuka dan umat berkata “AMIN” .
Lektor 1 menuju Mimbar Sabda untuk membaca bacaan pertama dari Lectionarium yang sudah ada di Meja Sabda sejak sebelum misa.
Umat mendengarkannya. (PUMR 128)

Setelah Lektor 1 selesai membaca, Pemazmur mendaraskan menyanyikan Mazmur dari buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya, Lektor 1 kembali ke tempat duduknya.
Setelah Pemazmur selesai mendaraskan Mazmur, Lektor 2 menuju Mimbar Sabda untuk membaca bacaan kedua dari Lectionarium yang sudah ada di Meja Sabda. Pemazmur kembali ke tempat duduknya.
Bersama dengan Lektor dan Pemazmur menghormat ke Altar.

Setelah Lektor 2 selesai membaca, Pemazmur beserta Lektor 1 dan ke 2 kembali lagi ke tempat duduk masing-masing.

Untuk Alleluya, dinyanyikan oleh salah satu solis dari kelompok koor.
Apabila suatu misa tidak ada kelompok koor yang bertus, maka seorang pemazmur boleh mendaraskan Bait Pengantar Injil.

Pada saat lektor menyampaikan bacaan, lektor yang tidak bertugas membaca dan pemazmur serta seluruh umat, duduk mendengarkan.

Pada saat pemazmur menyanyikan Mazmur semua umat dan koor duduk (PUMR no. 61)
Setiap lektor menghormat (dengan cara membungkukan badan ) ke altar sebelum maju ke mimbar dan setelah bacaan selesai dibacakan, lektor menghormat kembali ke altar sebelum menuju ketempat duduknya.
Lektor maupun pemazmur tidak menghormat pada Imam
Sikap & Rumusan Lektor dalam membaca Sabda Allah.

Sikap tubuh berdiri tegak (posisi kaki berdiri keduanya menapak di tempat, tidak jinjit, ditekuk ataupun dimainkan).

Atur microphone pada posisi on, dan sedikit di bawah mulut jarak mulut dengan Microphone 1 kepalan tangan atau di sesuai dengan tempat suara dihasilkan dengan level ketinggian volume.

Letakan kedua tangan di pinggir buku Lectionarium (untuk memastikan lembaran halaman tidak terbalik atau tertiup udara saat membaca, dan bila diperlukan dapat di pergunakan jari-jari tangan untuk menunjukan posisi bacaan sudah sampai di mana.)

TETAPI USAHAKAN JANGAN MELAKUKANNYA,
CUKUP PANDANGAN MATA YANG TERFOKUS PADA TEKS.

Membacalah dengan suara lantang, jelas dan tegas.
Lektor menyapa umat melalui kontak mata, artinya pada saat membaca lektor tidak sepenuhnya melihat buku Lectionarium.

Awalilah membaca dengan rumusan,
“Bacaan dari ………..bukan Pembacaan,
(tidak perlu menyebutkan/membacakan rubric, bab maupun ayatnya dan kalimat yang di cetak miring) kata-kata
 “Bacaan pertama atau Bacaan kedua” tidak perlu di bacakan.
Selesai membacakan ‘Bacaan dari ......’, beri jeda sejenak (5 detik) sebelum memulai bacaan.

Usahakan saat membaca
‘Bacaan dari .....’ lektor dapat berkontak mata dengan umat.

Disarankan Umat wajib mendengarkan lektor dan Imam saat mereka menyampaikan bacaan (PUMR 128).
Karenanya baik bila ada lembaran misa / Kitab Suci yang disediakan, disampaikan kepada umat oleh komentator sebelum misa dimulai, bahwa lembaran misa dan Kitab Suci dipakai sebagai persiapan sebelum misa dimulai atau setelah misa selesai saja. Dihimbau agar umat sudah membaca bacaan sebelum Perayaan Ekaristi berlangsung.

Dalam misa harian perlu dikoordinir bacaan pertama dan kedua (kalau ada) dibacakan oleh:
Lektor yang sudah mengikuti pelatihan, karena saat liturgi Sabda, Tuhan sendiri yang berbicara. Jadi tidak asal comot, siapa yang hadir misa diminta baca.
PUMR 128 lectionarium tetap diletakkan di ambo (catatan: sudah saya tambahkan di bagian bacaan-bacaan Alkitab )
 
Diakon / Imam setelah selesai membacakan Evangeliarium, lalu meletakkannya diletakkan dalam keadaan terbuka di meja clayden/mimbar acrylic.
Kredens bukan di Altar lagi, karena Altar akan dipakai sebagai meja persembahan dalam Liturgi Ekaristi.

Dalam membaca Kitab Suci / menyampaikan Sabda Allah,
seorang Lektor perlu memperhatikan hal-hal sbb:

1.      Penjiwaan,
seorang lektor harus menjiwai dengan mantap dari apa yang di bacakannya, apakah bacaan itu berupa kisah, surat, nubuat, sastra kebijaksanaan dsbnya.
2.      Pengaturan nafas,
sebelum membacakan Kitab Suci, cobalah mengkontrol pernafasan, dengan menarik nafas panjang secara sadar, kemudian baru mulai membaca, dengan lebih tenang dan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
3.      Artikulasi,
pengucapkan/lafal harus jelas dan baik pada setiap kata / kalimat yang di sampaikan.
4.      Intonasi,
dalam membacakan satu kalimat nada suara lektor ada dua yaitu Arsis (Kalimat yang tekanan kalimat akhirnya di naikan) dan Thesis (Kalimat yang tekanan kalimat pada akhir kalimat di turunkan).
5.      Jeda / pause kalimat,
lektor harus memahami unsur ini, agar umat yang mendengarkan sabda Allah dapat meresapi dengan telinga, budi dan hati sehingga pesan yang terkandung dalam bacaan tersebut dapat dipahami seutuhnya.
6.      Phrasering,
adalah pengelompokan kata atau pemenggalan kata dalam satu kalimat.
7.      Setelah selesai membaca, beri jeda sejenak saat hening (cukup 5 detik) kemudian dibacakan “Demikianlah Sabda Tuhan, lalu umat menanggapi dengan jawaban ”Syukur kepada Allah” setelah itu lektor meninggalkan Mimbar.

Doa Umat
Setelah pernyataan iman (Syahadat Panjang / Singkat / Pembaharuan Janji Baptis) selesai dinyatakan, sampai dengan kata “Amin”,

Petugas pembaca doa umat berdiri dan menuju ke mimbar yang telah disediakan, menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan (berlutut atau menundukkan kepala) ke tabernakel sebelum maju ke mimbar dan setelah doa umat selesai dibacakan, petugas menghormat kembali ke Altar dengan cara membungkukkan badan tabernakel sebelum menuju ke tempat duduknya. (catatan: dibawah sudah ada tidak perlu diulang)

Doa Umat di bacakan oleh Lektor, tetapi bisa juga di bacakan oleh wakil umat. Dan wakil umat yang membacakan doa umat sebaiknya juga mendapat pelatihan agar dapat membacakan doa dengan baik dan benar.

Tata gerak dan cara membacakan Doa Umat:

1.      Setelah pernyataan iman (Syahadat Panjang/Singkat/Pembaharuan janji
baptis)selesai di nyatakan dengan kata “Amin”
2.      Petugas Doa Umat, berjalan menuju mimbar untuk membacakan ujud-ujud doa umat, berhenti di depan altar membungkuk /berlutut memberi penghormatan kepada altar/tabernakel (cukup 2 detik) menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan

3.      Sikap tubuh berdiri tegak, membacakan dengan tegas,jelas dan benar setiap kalimat (tidak di perlukan suara yang terlalu lantang), menjiwai bacaan dengan sikap doa yang sesungguhnya. Saat membacakan doa umat, tidak perlu kontak mata dengan umat. Baru ketika sampai kepada ajakan Marilah kita mohon (disini memandang umat)
4.      Setelah Imam selesai menutup doa umat, dan umat seraya berkata “Amin”,petugas doa umat meninggalkan mimbar menghormat Altar dan menuju tempat duduknya.

Doa Umat :
Dengan memanjatkan Doa Umat, seluruh jemaat menampakkan imamat umumnya, artinya sebagai “imam” (jemaat = kaum imami), mereka mendoakan semua orang. Urutan ujud- ujudnya :
a) untuk kepentingan Gereja;
b) untuk para penguasa negara dan kesejahteraan seluruh dunia;
c) untuk orang-orang yang sedang menderita;
d) untuk umat setempat.

Dalam perayaan khusus seperti Misa Krisma, Perkawinan atau Arwah dapat pula diperhatikan kepentingannya (PUMR 70).

Ujud-ujud yang sesuai dengan perayaan itu dapat ditambahkan atau mengganti beberapa unsur tsb.

Beberapa patokan dalam menyusun Doa Umat sendiri:
1.      Doa Umat bukanlah doa pribadi, maka perlu diperhatikan aspek-aspek yang membangun terciptanya unsur kebersamaan (oleh karena itu intensi yang diminta umat tidak dibacakan dalam Doa Umat, tapi dibacakan oleh Komentator sebelum Misa);
2.      Ada kaitan antara isi doa umat dengan isi/tema bacaan Kitab Suci yang dipakai dalam Misa;
3.      Isi doa umat selaras dengan situasi atau kebutuhan Gereja setempat dan dikaitkan dengan tema yang sedang dirayakan;
4.      Doa umat jangan bernada kateketis, dogmatis, atau ajaran moral yang mengurui;
5.      Disusun dalam gaya bahasa yang padat, tidak menjemukan, kalau bisa memikat;
6.      Intensi / ujud ditujukan kepada Allah Bapa, namun bukan dalam bentuk doa yang menyapa langsung “Ya Bapa …… Lebih baik, misalnya, “Kita berdoa bagi Gereja, semoga Allah senantiasa menuntun Gereja untuk menjadi terang bagi dunia ..” Marilah kita mohon .....

Dibawakan dengan cara : Imam selebran membuka dengan AJAKAN, BUKAN DOA, lalu diakon atau lektor membawakan ujud-ujudnya..
Secara bersama jemaat menanggapi setiap ujud dengan aklamasi sbb : Kabulkanlah doa kami ya Tuhan; Tuhan, dengarkanlah kami; Kristus, dengarkanlah kami; Tuhan, kasihanilah kami (TPE umat halaman 37-41). Dan akhirnya , imam selebran menutup dengan suatu DOA sambil kedua tangannya terentang. Lalu umat menjawab dengan aklamasi “Amin”.,

C. Ritus Penutup.

Setelah Imam selesai menyampaikan Doa Sesudah Komuni dan umat menjawab “Amin”, komentator berjalan menuju mimbar untuk mendoakan Doa Sisipan bila ada dan membacakan pengumuman / warta gereja.

Sikap dan cara membaca doa sisipan dan pengumuman :
1.      Sikap tubuh berdiri tegak.
2.      Beri keterangan kepada umat, doa sisipan seperti doa tahun Ekaristi dsbnya, di ambil dari,,,,,,,misalnya lembaran yang sudah tersedia atau dari buku puji syukur no…..
3.      Membacakan dengan tegas,jelas dan benar setiap kalimat (tidak di perlukan suara yang terlalu lantang), menjiwai bacaan dengan sikap doa yang sesungguhnya. Saat membacakan doa, tidak perlu kontak mata dengan umat. Bacakan pengumuman dengan suara lantang, jelas dan tegas, usahakan sesekali ada kontak mata dengan umat.
4.      Pengumuman hari/tanggal / bulan di baca dengan jelas (tahun tidak perlu di bacakan) dan pembacaan waktu/Jam, dibacakan dengan angka yang mudah di mengerti / dipahami oleh umat misalnya “misa lansia di laksanakan pada hari minggu tanggal 2 juni, pukul 4 sore” bukan misa lansia dilaksanakan pada pukul 16:00 WIB (hindari membaca enam belas nol nol wib)
5.      Setelah pengumuman selesai dibacakan, diakhiri dengan kata-kata “Sekian warta gereja hari ini, terima kasih”
6.      Kemudian komentator kembali ke tempat duduknya dan bersama dengan seluruh umat menerima berkat penutup dan perutusan dari Imam.
7.      Setelah Imam selesai memberikan berkat penutup dan perutusan bagi seluruh umat, kemudian Imam mencium Altar. Saat Imam selesai mencium altar, semua lektor serta pelayan misa lainnya didahului Putera Altar berjalan ke depan altar, kemudian bersama-sama dengan Imam menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan dan berlutut (bila ada Tabernakel di belakang Altar) memberi hormat kepada Tabernakel, dan lalu masuk kedalam sakristi dengan tertib dan rapi.

Urutan barisan saat berjalan menuju ke dalam sakristi sbb :
1.    Petugas pembawa Salib diikuti Putra/i Altar (Misdinar) .
2.    Lektor 1 dan 2 dan Pemazmur
3.    Prodiakon
4.    Imam.

TATA TERTIB LEKTOR & KOMENTATOR

1.            Pada misa di hari Sabtu dan Minggu biasa, lektor dan komentator yang bertugas, diharapkan hadir 30 menit sebelum perayaan Ekaristi di mulai. Agar dapat melihat kesiapan sarana pendukung seperti buku doa, Lectionarium, pengumuman, juga berlatih sebentar membaca bacaan yang akan di bacakan.
2.            Pada misa besar seperti Misa Natal / Pekan Suci lektor dan komentator wajib hadir 1 jam sebelum perayaan Ekaristi di mulai.
3.            Komentator harus proaktif, misalnya mencari tahu nama Imam pemimpin Perayaan Ekaristi, berkoordinasi dengan petugas koor ( untuk memberi tahu lagu Pembuka) dan petugas tatib.
4.            Komentator mempersiapkan buku Doa Umat sesuai dengan kalender liturgi. (diberi tanda pada halaman tersebut agar siap dibacakan oleh petugas doa umat dengan benar pada saatnya di mimbar).
5.            Komentator mempelajari terlebih dahulu isi pengumuman agar dapat memahami hal apa yang akan disampaikan kepada umat.
6.            Semua lektor diharapkan sejak menerima jadwal tugas seminggu sebelum bertugas sudah mencari tahu dan mempelajari bacaan yang akan disampaikan terlebih dahulu. Mempelajari dan membacanya dari Kitab Suci. Bacalah konteksnya juga, dan semua bacaan pada minggu tersebut. Bacaan I, Mazmur, bacaan II dan Injil serta Doa Umat. Dan seminggu atau beberapa hari sebelum bertugas bacalah dari Lectionarium. Bila lektor telah memahami/menghayati bacaan tersebut dan berlatih membaca, pada saat Sabda Allah disampaikan, diharapkan seluruh umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat mendengar, mengerti, memahami apa yang disampaikan lektor dan meresapkannya di dalam hati.
7.            Lektor dan komentator, hendaknya melakukan persiapan batin sebelum bertugas dengan melakukan ritual doa, yang isinya memohon karunia Roh Kudus agar berkenan memberkati dan menyertai dalam tugas pelayanan.
8.            Jika 15 menit sebelum misa dimulai lektor / komentator belum hadir, maka dapat diganti dengan lektor / komentator lainnya yang sudah terlebih dahulu hadir. (dalam hal ini pengurus lektor harus menyiapkan lektor cadangan).
9.            Pada Misa Besar (Natal / Pekan Suci) bila diadakan Gladi bersih, maka lektor dan komentator yang dijadwalkan akan bertugas harus hadir untuk mengikuti gladi bersih, jika tidak dapat mengikuti gladi bersih sebaiknya digantikan oleh lektor dan komentator lainnya yang hadir dalam Gladi bersih itu.
10.        Gerak-gerik dan penampilan lektor semestinya mendukung kewibawaan Sabda Allah yang akan dibacakan, lektor tidak tampil untuk membawakan dirinya sendiri, maka perlu dicermati dan diperhatikan cara berjalan, sikap berdiri, memandang umat, berpakaian, ber-make up, pada saat bertugas.
11.        Jika lektor / komentator berhalangan tugas (pada waktu yang sudah dijadwalkan) harus mencari penggantinya.
12.        Lektor / komentator selesai bertugas wajib mengisi absensi.

PERSYARATAN MENDASAR SEORANG LEKTOR

Untuk pendaftaran pertama laki-laki atau perempuan berusia 15 – 55 tahun.(untuk anak-anak yang usia di bawah 15 thn tahun juga dapat menjadi lector dan dilakukan pembinaan lebih khusus agar mereka dapat memahami dan membaca Kitab Suci) Tidak ditentukan batasan umur bagi lektor lama, diharapkan mereka yang menjadi lektor sudah dewasa secara iman (diteguhkan dengan penerimaan Sakramen Penguatan).
Lektor anak tidak bertugas di misa hari Sabtu dan Minggu, namun mengikuti pedoman umum misa anak, lektor anak dapat dibina dan bertugas di misa anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang lektor :
1.      Harus beriman Katolik, sudah dibaptis secara Katolik, menerima Komuni Pertama dan menerima Sakramen Penguatan (untuk lektor dewasa)
2.      Dapat membaca dengan lancar dan baik. (tidak cadel / gagap)
3.      Memiliki kerinduan dan kesanggupan berkomitmen tinggi untuk mengabdi atau melayani dengan tulus dan sungguh sungguh.
4.      Bersedia dengan sungguh-sungguh untuk belajar dan berlatih, demi peningkatan pengetahuan untuk menyampaikan Sabda Allah dan kualitas pelayanannya.
5.      Lektor harus berjiwa besar dan bersikap rendah hati, yang artinya berani dengan jiwa besar menerima kritik atau input dari umat maupun anggota gereja, (pasca menjalankan tugas) dan dengan sikap rendah hati memperbaiki diri guna meningkatkan kualitas pelayanan.
6.      Hendaknya setiap lektor mendaftar di Paroki tempat di mana ia berdomisili.

PEMBINAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PARA LEKTOR

Dalam suatu team, lektor harus dikelola dengan tata manajemen yang berkualitas, untuk mendidik dan melatih para lektor secara terprogram dan berkesinambungan, agar dalam menjalankan tugas pelayanannya lektor menyadari dirinya sebagai bagian yang integral dalam liturgi sabda dan ekaristi yang bertanggung jawab kepada gereja dan umat separoki tempat lektor berdomisili dan berkarya.

1.      Pengurus / pembina lektor menyusun jadwal tugas lektor secara teratur, lektor yang bertugas wajib mematuhi jadwal tugas yang sudah di susun oleh pengurus / pembina lektor setempat.
2.      Pengurus / pembina lektor dapat menanyakan mengapa tidak bertugas, kepada lektor jika tidak bertugas sesuai jadwal. (bisa dipakai sistem “reward & punishment”misalnya lektor yg rajin dalam bertugas diberikan penghargaan untuk bertugas di Misa Natal / Pekan Suci) dan melakukan evaluasi pasca pelaksanaan tugas para lektor. Lektor yang tidak bias bertugas harap mencari pengganti
3.      Lektor secara pribadi harus bersahabat akrab dengan Kitab Suci, hal ini dilakukan agar semakin memahami dan menjiwai bacaan pada saat lektor membacakan Sabda Allah.
4.      Secara berkala lektor perlu dibekali dengan pemahaman liturgis, biblis dan ketrampilan teknisnya
5.      Untuk penyegaran iman dan keharmonisan antar anggota lektor, perlunya diadakan rekoleksi atau retret. (waktu dapat diatur oleh pengurus / pembina lektor)
6.      Latihan membaca sebaiknya rutin dilakukan (waktu dapat ditentukan oleh Paroki masing-masing misalnya setiap minggu pada hari Jumat sebelum bertugas atau sebulan sekali)

Perlu diketahui, bahwa komentator adalah bagian dari lektor, artinya orang yang bertugas sebagai komentator sebaiknya juga seorang lektor. Karena seorang lektor lebih mengetahui tehnik membaca dan terbiasa menyampaikan bacaan di depan orang banyak, karena setiap orang mempunyai cara membaca dan memiliki intonasi yang berbeda-beda, maka perlu diadakan pemahaman dan pelatihan secara bersama-sama antara lektor dan komentator.

Sumber:  
http://romopatris.blogspot.co.id/2014/02/pedoman-pelaksanaan-pelayanan-lektor.html
Pedoman Umum Misale Romawi Yang Baru








3 komentar:

  1. Kalo kita sebagai pembaca mazmur pada misa haria, kata "refren" perlu dibaca atau tidak usah dibaca ? umat langsung menyahut stlh pemazmur selesai membaca

    BalasHapus